Rabu, 13 Maret 2013

La Tahzan

Aku melihatmu berjalan memasuki gedung itu, wajahmu tampak kuyu dan layu. Engkau terus saja berjalan dan kemudian engkau masuk menerobos pintu, aku masih saja memperhatikanmu. Tiba-tiba mata kita beradu, engkau langsung tersenyum melihatku, datang menghampiri dan menyapaku. Ah, masih saja engkau seperti itu, aku tahu senyum itu hanya palsu.

Suatu waktu aku melihatmu tersedu, meringkuk di atas kasurmu. Aku tak tahu apa yang tejadi padamu, dan aku pun tak berani bertanya padamu. Dan sejak itu, engkau selalu terlihat sendu. Tapi itu di belakangku. Di depanku kau berusaha selalu terlihat ceria, akan tetapi aku tahu semua itu topeng palsu. Aku tahu semua tabiatmu, dalam hal makan aku tak pernah bisa mengalahkanmu. Tapi sekarang, ketika aku selesai makan, engkau masih berusaha menelan kunyahan makanan di mulutmu. Ah, Ini bukanlah dirimu.

Entah apa yang ada di pikiranmu, bahkan engkau tak berbagi denganku. Ada apa wahai saudaraku? Apakah aku bisa membantumu?

Aku sungguh ingin memelukmu, menenangkanmu dan mengangkat beban di hatimu. Aku ingin selalu menemanimu, mendengarkan keluh kesahmu. Semua akan baik-baik saja, walaupun aku tak tahu menahu. Aku selalu berdoa agar sedihmu segera berlalu. Aku rindu canda tawa dan ceriamu. Aku sungguh sangat menyayangimu, wahai saudaraku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar