Sabtu, 18 Mei 2013

Rumput Laut, Sumber Serat Nikmat Bermanfaat

Indonesia adalah sebuah negara maritim yang pastinya kaya akan sumber daya alam laut. Akan sangat panjang jika menyebutkannya satu-persatu. Dari berbagai ragam yang ada saya akan mengkhususkan mengenai rumput laut. Kenapa rumput laut? Karena di tempat tinggal saya yang berada di pesisir utara pulau Jawa Tengah biasa mengonsumsinya sebagai pengganti sayuran, dimana di daerah lain mungkin terasa aneh dan asing. Di sini saya akan memperkenalkan bahwa beberapa jenis rumput laut juga bisa dijadikan sebagai pengganti sayuran.

Pernah makan urap? Sebagai warga negara Indonesia pasti pernah mencicipi atau kalau belum pastilah pernah melihat atau mendengarnya. Urap terdiri dari sayur yang direbus atau dikukus dan ditambah dengan bumbu urap. Bumbu urap terdiri dari kelapa muda yang sudah diparut dan ditambah dengan berbagai rempah. Sangat sederhana proses persiapannya, namun begitu nikmat rasanya menggoyang lidah. Kok malah membahas urap sih? Iya, karena di daerah saya, Jepara yanng masih termasuk kawasan pesisir juga biasa menyajikan menu tersebut. Akan tetapi agak berbeda disini, jika terkadang sayur untuk urap biasanya menggunakan bayam, wortel, kecambah, kacang panjang atau yang lain, di kawasan pesisir terkadang menggunakan Latoh. Apa sih latoh?  Mungkin sebagian berasa asing, latoh adalah salah satu jenis rumput laut yang biasa dikonsumsi di daerah pesisir, bagi warga karesidenan Pati pasti sudah tak asing lagi. Jadi Latoh biasa dikonsumsi dalam keadaan mentah, jadi tidak perlu direbus atau digoreng, nanti malah layu dan sensasinya menjadi tidak berasa. Latoh ini cukup dicuci bersih dengan air matang kemudian dicampur dengan bumbu urap. Jadilah santapan nikmat penghias meja makan dan siap mengenyangkan perut. Di daerah Lasem sendiri ada kerajinan Batik yang mengadop nama Latoh, saking terkenalnya Latoh ini, batik tersebut dinamakan Latohan. Keren kaaan?

Latoh atau kalau dalam bahasa Latin Caulerpa racemusa merupakan salah satu jenis alga hijau yang sering dimanfaatkan sebagai makanan di daerah pesisir, seperti yang sudah diuraikan di atas. Untuk ciri-cirinya, berwarna hijau dengan thallus (cabang) berbentuk lembaran, batangan, dan bulatan-bulatan transparan, memiliki tekstur agak lunak dan kenyal. Dengan rumpun berbentuk percabangan dari yang sederhana sampai yang kompleks sebagai representatif dari akar, batang, dan daun yang menjalar. Ketika latoh ini dimakan masih dalam keadaan segar ada sensasi kletus-kletus, mungkin itu karena bulatan-bulatan latoh yang beradu dengan gigi dan kemudian pecah, ketika pecah ini ada cairan pekat yang berasa asin, ya itulah yang membuat unik dan nikmat. Kalau belum mencoba dengan lidah sendiri pastilah penasaran. Oh iya, latoh ini tidak bisa ditemukan sepanjang tahun, tapi pada saat musim kemarau saja. Tahu kan bagaimana gelombang laut kalau musim penghujan tiba, yang ada latoh dan semua jenis rumput laut hanyut terbawa ombak besar. Dan hal ini merugikan petani rumput laut, jadi pembudidayaannya dilakukan pada saat musim kemarau, dimana gelombang laut bersahabat dan ada sinar matahari yang cukup untuk kehidupan rumput laut itu sendiri sehingga mereka dapat berkembang biak dan kita sebagai kosumen aktif bisa dengan riang gembira menikmatinya.

Sedari tadi tulisan mulu ya, nah kalau penasaran berikut penampakan latoh bersama bumbu urapnya... cekidot....


Urap Latoh
Sumber gambar : disini


Latoh segar, naaah kletus-kletus khas latoh ini disebabkan karena
butiran-butiran yang seksi tersebut beradu dengan gigi sehingga pecah,
muncullah sensasi kletus-kletus.
Sumber gambar : disini

Kalau melihat kandungan gizinya, secara umum rumput laut mengandung air yang tinggi yaitu sekitar 80 - 90 %, protein 17 - 27 %, lemak 0.08 - 1.9 %, karbohidrat 39 - 50 %, serat 1.3 - 12.4 %. Karena Latoh ini dikonsumsi dalam keadaan segar pastilah kandungan gizi yang ada di dalamnya cukup terjaga dengan baik. Sehingga salah satu jenis rumput lain ini menjadi bahan makanan yang cukup baik sebagai sumber protein nabati, mineral, vitamin maupun sumber serat. Bisa dilihat kan, kandungan lemaknya hanya sedikit jadi kita bisa aman mengonsumsinya, lagipula rumput laut juga merupakan salah satu sumber serat. Jadi bisa dijadikan diet untuk proses penurunan berat badan. Dan kemarin saya melakukan penelitian mengenai pengaruh rumput laut terhadap glukosa darah untuk proses skripsi saya. Hasilnya ada perbedaan glukosa darah antara yang diberikan rumput laut dan tidak walaupun perbedaan ini tidak secara signifikan. Beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa kandungan rumput laut dan zat aktif lain yang terkandung dalam rumput laut mampu menurunkan glukosa darah. Jadi rumput laut juga bisa dimanfaatkan sebagai terapi untuk penderita penyakit gula atau diabetes mellitus.

Selain nikmat, juga bermanfaat kan? Sebenarnya masih banyak jenis rumput laut yang ada di Indonesia. Tapi yang biasa dikonsumsi itu ya tadi ada latoh, kemudian Eucheuma cottonii yang biasa digunakan untuk sup buah, biasa dijual dipinggir jalan. Ada juga Gracillia, kalau di Jepara sendiri, jenis rumput laut ini juga biasa dikonsumsi secara segar. Berbeda dengan latoh yang disajikan bersama bumbu urap. Jenis gracillia ini disajikan bersama bumbu pecel dan beberapa jenis sayuran lain, rasanya juga tidak kalah nikmat. Kebanyakan rumput laut disajikan dalam kondisi segar, tanpa pemanasan apapun, jadi tidak perlu khawatir akan kehilangan zat gizi. Nah, pasti jadi semakin penasaran kan dengan beberapa jenis rumput laut tersebut? Kalau lilburan tiba, cobalah berlibur di daerah pesisir dan menikmati uniknya kuliner rumput laut Indonesia. Mari berjelajah gizi dengan beragam keunikan kuliner di daerah pesisir... :)


Penampakan Pecel Rumput Laut
Sumber gambar : disini

Jika ingin membagi dan memperkenalkan keragaman khas kuliner Indonesia lainnya bisa mengikuti kompetisi Jelajah Gizi yang diadakan oleh Nutrisi Untuk Bangsa, untuk informasi lebih lanjut bisa klik gambar di bawah ini :
Reference :
1. Azizah, Ria. Percobaan Berbagai Macam Metode Budidaya Latoh (Caulerpa racemosa) Sebagai Upaya Menunjang Kontinuitas Produksi. Juni 2006. Vol. 11 (2) : 101 - 105
2. Klik disini

Selasa, 14 Mei 2013

Tugas Kelar Lancar Berkat Epson L Series

Sebagai seorang mahasiswa sudah selayaknya mendapatkan tugas bejibun ini dan itu, karena itu merupakan suatu proses mematangkan keahlian dari disiplin ilmu yang dipelajari. Begitu juga di institusi tempat saya menuntut ilmu, setelah selesai ini, akan ada tugas lain yang mengikuti dan seterusnya, berasa tak ada habisnya. Berat sih, tapi bukankah itu demi persiapan menuju dunia kerja yang lebih nyata? Saya ambil sisi positifnya saja, sembari terus belajar dan memperkaya ilmu.

Saya adalah mahasiswa gizi program diploma 4, saya disini menuntut ilmu bersama mahasiswa lain yang notabennya sudah bekerja. Sebelumnya saya mengambil program studi diploma 3, setelah lulus langsung melanjutkan ke diploma 4 yang setara dengan sarjana 1. Dimana sebagian besar teman-teman lain lebih memilih untuk bekerja saya lebih memilih kembali ke jalur pendidikan, karena ilmu tak akan pernah padam kan, dia akan selalu bercahaya bagi para pengikutnya yang haus akan ilmu. Di sini saya belajar bersama dengan orang-orang yang sudah profesional di bidangnya. Saya senang, saya menikmati prosesnya, bahkan saya banyak belajar dari beliau-beliau yang memang sudah berpengalaman di dunia kerja.

Rabu, 01 Mei 2013

Dont be Afraid!


"Kalau kau terus lari setiap kali kau merasa takut, maka kau tidak akan bisa melakukan apapun selain bersembunyi di sisa hidupmu. Satu-satunya cara yang bisa kau lakukan untuk mengalahkan rasa takut adalah melawannya. Tak peduli seberapa takutnya dirimu. Kau tidak bisa menang tanpa melawan", begitu kata Young Rae (Mi Na) kepada dr. Jin untuk melawan rasa ketakutannya pada Gwejil (itu sebutan untuk penyakit kolera di korea pada era Joseon) yang telah merenggut nyawa ayahnya 5 tahun yang lalu.

Sumber : Drama Korea Time Slip dr. Jin