Sabtu, 07 Juni 2014

Otodidak[ku]

Otodidak atau autodidak berasal dari bahasa Yunani autodídaktos yang artinya "belajar sendiri". Penjabaran dari wikipedia menyebutkan bahwa otodidak merupakan orang yang tanpa bantuan guru bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan dasar empiris yang besar dalam bidang tertentu. Mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dengan belajar sendiri.

Senin, 05 Mei 2014

Gift Pertama Hasil Utak-Atik Corel n Photoshop

Aku sudah pernah cerita kan ya kalau aku terkadang suka main-main sama corel atau photoshop, tapi kebanyakan photoshop, karena waktu kuliah diajarinnya pakai itu, jadi mungkin lebih agak paham toolnya dibandingkan sama corel. Nah, kemarin Alila sempat ngadain #Alilabagi2kerudung, bikin poster tentang twit hijab dari Alila. Sebenarnya sudah lama ingin punya produknya alila baik hijab maupun gamisnya yang cantik itu. Tapi apalah daya, kantong belum memadai. Ikutlah saya meramaikan acara ini, hadiahnya hijab alila bolak-balik, yang otomatis tebal dan tidak terawang. Pingin banget punyaaa brooo.. Siapa tau menang, hehee

Akhirnya aku kirim lebih dari 1 desain, sebenarnya aku hanya membuat 1 karakter muslimah di corel, kemudian aku kreasikan menjadi beberapa yang aku ambil dari twit Alila, Bikin lebih dari satu, supaya kesempatan menangnya lebih besar, kan mupeng banget sama hijab alila yang bolak-balik. Nah, berikut ini hasilnya ya..





Setelah menunggu beberapa minggu, pemenangnya diumumin juga dan Alhamdulillah saya salah satu dari 69 pemenang lainnya. Waaaah, ternyata banyak juga pemenangnya, jadi desain aku yang sederhana ini ikut nyantol jadi pemenang, hehehe... Aku happy, happy sekali, dapet hijab Alila yang tidak terawang tentunya. Dan ini adalah hadiah pertama dari utak atik photoshop, yeaaaay.. :D

Senin, 10 Februari 2014

Jalan-jalan ke Monas

Sabtu kemarin, main lagi ke jakarta. Rencananya mau ke Monas dan TMII, akan tetapi karena takut kemalaman jadi ke monas saja. Aku berangkat dari cikarang hari jumat, naik bus Agra Mas jurusan cikarang-Poris, turun di Veteran, biayanya 12500 rupiah. Dari veteran naik kopaja no. 74 menuju blok M. Kenapa blok m? Ya karena mau menginap di daerah sana, hehe. Besok Sabtunya baru pergi ke Monas naik busway (Yeeay, akhirnya bisa naik Trans Jakarta juga, ahaha). Kalau pagi jam 5 sampai jam 7 pagi, harga tiketnya 2000 perak, setelah jam itu kembali normal 3500 perak. Dari blok M menuju Monas cukup naik bus sekali jalan, aku juga belum begitu paham mengenai rutenya, baru pertama kali juga, jadi harap maklum.

Ke Monas cuma jalan-jalan saja. Terus tiba-tiba teringat sama biji saga. Pas minggu lalu jalan-jalan ke KRB, cuma sempet nemu 1 biji doank, dan belum ketemu pohonnya. Nah, karena di Monas ini sangat rindang dan banyak pohon besar instingku mengatakan kalau di Monas pasti ada biji saga. Bertanyalah pada mbah google, daaaan di salah satu website disebutkan ada. Buru-buru aku cari pohonnya. Cari sana, cari sini, tanya bapak yang ngumpulin sampah, bilangnya gak tau. Cari Lagi, tanya mas-mas yang lagi nyapu katanya di dekat pohon beringin, di belakang podium. Podium ini di dekat kolam, langsung jalan kesana, celingak-celinguk cari pohon biji saga. Ciri-cirinya itu daunnya kayak pohon petai cina, tau kan? Jadi kecil-kecil gitu, tapi warnanya hijau semua ya, soalnya kemarin pas nyari-nyari tertipu sama pohon yang daunnya mirip, tapi daunnya ada yang warna kuning, tapi pas berguguran jadi bagus siih, hee.

Setelah lari-lari menghampiri satu pohon ke pohon yang lain akhirnya nemu juga itu pohon saga, setelah bertanya kepada mas-mas tukang sapu kedua. Pohonnya ada di dekat pohon beringin. Di sekitar situ ada kamar mandi bawah tanah (saya sebut bawah tanah karena untuk masuk ke kamar mandinya harus menuruni tangga, hehe). Di daerah situ sangat rindang, tapi kawasan Monas kan memang rindang ya, ada sekelompok bapak-bapak yang sedang bermain badminton juga. Jadi saya mungut biji saga dengan lumayan tenang, walaupun agak was-was juga karena tergolong sepi dan banyak pohon, jadi berasa tersesat di hutan sendirian :D

Tapi sangat puas, karena berhasil mengantongi banyak biji saga, walaupun dalam hati masih ingin lebih, lebih dan lebih. Mungkin suatu hari bisa kesini lagi, mungutin biji saga yang lebih banyak lagi. Dasar manusia maruk, hahaa

Falling In Love with Saga Seeds

Suatu hari ketika aku masih duduk di bangku SMP aku menyempatkan main ke perpustakaan sekolah. Di sana aku meminjam buku kerajinan tangan dan aku membawanya pulang. Sedari dulu aku memang sangat tertarik dengan dunia crafting, apapun bahan dan metodenya. Sesuatu yang handmade dan natural pasti aku suka, selain alat tulis ya (haha). Nah, disitu ada tutorial membuat jam dinding yang dihias dengan biji-bijian, salah satunya adalah biji yang warnanya merah cerah dan mengkilat, sangat cantik. Sejak saat itu aku sangat penasaran dengan biji merah itu. Waktu itu aku belum mengenal yang namanya internet, jadi belum secanggih sekarang. Kalau sekarang mau penasaran sama apapun tinggal googling, ketemu deh, lha dulu, cukup terpendam saja. Sudah pernah tanya kakak, tapi juga gak tau.

Begitulah pertama kali aku mengenal biji saga, waktu itu namanya pun aku tak tahu, hanya tahu sebatas biji berwarna merah yang sangat cantik. Dan ketika aku duduk di bangku SMA, kakakku yang waktu itu sudah kuliah di sebuah universitas di Semarang bercerita bahwa di sekitar kampusnya ada biji ogo, dia mengambilnya beberapa ketika lewat disana. Dia sempat membawa pulang, yups dan benar itu adalah biji merah yang selama ini aku cari- cari.

Begitulah aku mengenalnya, dan baru tahun kemarin aku menyempatkan untuk mencari sendiri di sekitar perpustakaan UNDIP, senengnya minta ampun lihat nih biji bertebaran di bawah pohonnya. Dan beberapa waktu lalu lihat di KRB, tapi belum nemu pohonnya. Dan kemarin nemu nih biji di monas. Huwaaa, senangnyaaa, lain waktu boleh lah kesana lagi, hehee

Sabtu, 01 Februari 2014

Tentang Setengah Dien

Tak mudah... aku tahu...
Tak bisa tiba-tiba muncul pelangi, akan tetapi didahului hujan dan terkadang ditemani petir.

Tak hanya aku dan kamu..
Akan tetapi ada mereka dan mereka, bahkan dia yang akan selalu mengelilingi kita.

Tak selalu bersama..
Karena ada kewajiban-kewajiban lain yang tak jarang memisahkan kita.

Tak selalu tawa..
Pasti ada tangis atau amarah yang silih berganti menghiasi kisah kita.

Tak selamanya sejalan,
Bahkan terkadang kita akan berpisah di persimpangan jalan, walaupun pada akhirnya kita akan bertemu di ujung jalan yang sama.

Tak hanya manis,
Akan ada pahit, asam, asin, bahkan tawar yang akan kita kecap bersama.


Tak hanya dunia,
Bahkan kita berharap hidup bersama bahagia selamanya si surga.