Sabtu, 01 Desember 2012

Pasti akan datang

Kematian, akan datang menghampiri kepada setiap yang bernyawa. Tak kenal umur, tak kenal waktu, semuanya misteri, rahasia Sang Pencipta. Sudah siapkah kamu mati? Aku? Entahlah, sepertinya aku tidak mempunyai hak untuk menjawab belum, karena itu adalah sebuah ketetapan yang pasti akan datang. Aku hanya bisa bercermin, melihat hatiku yang mungkin tidak bersinar, karena tidak pernah diberikan bahan bakar. Aku melihat semua anggota tubuhku yang banyak tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sementara banyak orang di luar sana, dengan keterbatasannya melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan orang normal biasa. Betapa sehatnya tubuhku, aku bisa melakukan semua hal yang aku suka, tapi apakah bermanfaat? Aku hanya diam. Aku putar kembali waktuku ke belakang, aku malu, banyak waktu terbuang dengan hal-hal yang tak berguna. Cermin mungkin lebih tahu jawaban akan kesiapanku terhadap kematian. Instropeksi, perbaiki diri, revolusi, kebaikan hati untuk keluarga dan semua orang, zikrullah, serta berdoa agar kita bisa kembali dalam keadaan husnul khotimah dan kelak mendapat syafaat Rasulullah di akhir zaman.

Tiba-tiba

Semula biru menjadi kelabu
Secercah cahaya muncul, disusul gemuruh
Titik titik kecil mulai jatuh, semakin lama semakin menjadi
Aroma tanah menyeruak memberikan rasa nyaman
Angin bertiup kencang, menggoyangkan seluruh alam
Mereka berlomba, akhirnya menggenang, bahkan tumbang
Para penghuni bumi ikut merayakan, atau kesusahan?
Mereka yang selalu kotor, keluar bergerombol
Menunggu surut mungkin, sepertiku
Aku mengkerut, sedikit takut
Bergumam tasbih, zikrullah
Mencoba menikmati dan bersyukur

Jumat, 19 Oktober 2012

Think

Manusia sering berfikir “jika”, “seandainya”,”seumpama” dan sejenisnya, sebuah pengandaian dan penyesalan yang tidak jarang terdengar dari sesosok manusia yang tidak pernah puas, yang konon katanya makhluk paling sempurna karena mereka dibekali hawa nafsu. Jika kita berpikir sejenak dan menghayati skenario yang sudah terlewati, ada manis, pahit, asin serta asam sudah terkenyam dalam memory dan membekas di hati. Semua yang sudah terjadi tidak perlu kita sesali karena suatu hari nanti kita akan mendapatkan sebuah hasil akhir yang membuat kita tersenyum. Kita akan menyadari kenapa kita memilih jalan ini kenapa memilih jalan itu, karena Sang Maha Petunjuk yang mengarahkan kita menuju kebahagiaan mutlak. Akan tetapi senyuman itu tidaklah gratis, kolaborasi antara ikhtiar dan doa harus terlewati, selain itu harus tetap ikhlas dan istiqomah. Hal-hal tersebut merupakan kunci meraih kebahagiaan skenario dari Allah. Never give up n trust that Allah always give the best for us.
Betapa tidak, Dia adalah Yang Maha Mengetahui dan sudah merencanakan sebuah skenario yang indah untuk makhluk-Nya.

Tulisan ini ditulis oleh penulis pada 13-08-'11 23:49 dan dipublikasikan dengan proses pengeditan pada tanggal dan waktu yang sudah tertera.

Masalah??

Dan sekali lagi aku akan merasakan tekanan yang sama. Tekanan yang mungkin berasal dari diriku sendiri, akan ketidaksiapan, lagi-lagi kemalasan. Dimana jika dia datang menekanku akan bermunculan jerawat di wajahku. Atau ketika dia semakin menghimpitku bahkan perutku sakit hingga harus bolak-balik ke kamar mandi. Begitulah aku ketika tekanan bertamu padaku. Mungkin respon tubuhku terlalu ekstreme untuk menghadapi tekanan, aku terlalu takut akan tantangan atau memang aku dilahirkan sebagai seorang pengecut, yang selalu mengkerut bila masalah datang bersua.

Minggu, 14 Oktober 2012

Horok-horok, Kuliner Unik Khas Jepara

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan kulinernya. Ada beraneka ragam jenis makanan yang tersebar dari sabang hingga merauke dan setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Jepara merupakan salah satu daerah yang mempunyai beberapa macam kuliner yang menjadi ciri khas. Akan tetapi ada makanan khas asli Jepara yang cukup langka dan sullit ditemukan di daerah lain, yaitu horok-horok.

Sebagian besar mungkin asing dengan horok-horok dan pasti bertanya-tanya, makanan seperti apa sih itu? Horok-horok merupakan makanan khas asli Jepara yang terbuat dari tepung aren, bentuknya butiran-butiran kecil menyerupai steoroform. Rasanya gurih dengan tekstur yang liat dan kenyal. Kalau masih penasaran, saya sudah sertakan gambarnya, supaya lebih jelas. Proses pembuatannya cukup rumit dan memerlukan waktu yang lama, kurang lebih selama 2 hari.  Pada awalnya, tepung aren dicuci terlebih dahulu, kemudian dikeringkan, setelah itu tepung aren disangrai. Tepung aren yang sudah kering kemudian dikukus. Setelah masak dituang dalam tempayan, kemudian diaduk menggunakan sisir. Tepung aren yang sudah dikukus tadi walaupun terlihat kenyal dan liat, akan menjadi butiran-butiran kecil menyerupai sterofoam karena proses pengadukan menggunakan sisir. Untuk menambah rasa, bisa ditambahkan sedikit garam dan dimakan sebagai campuran bakso, gado-gado, pecel atau sate kikil.