Jumat, 15 April 2016

#BahagiadiRumah dengan Berkreasi


A : “Kenapa resign? Nanti saja berhentinya kalau sudah hamil, sayang kan pekerjaannya.”


B : “Kan kamu punya ilmu, lebih baik kerja saja, sayang ilmunya kalau cuma di rumah.”


C : “LDM saja, toh kota T ke kota C dekat, nanti tiap minggu kan bisa ketemu suami.”


D : “Yakin mau resign, terus nanti di rumah aja? Nanti suntuk lho, pekerjaan di rumah tak pernah ada habisnya.”

***


Begitulah celotehan teman-teman dan keluarga ketika saya akan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan saya. Ada kalanya saya goyah, apa baiknya saya tetap lanjut kerja, setidaknya sampai saya hamil. Kalau nanti saya bosan bagaimana? Bagaimana kalau nanti tidak ada teman di rumah yang baru? Pikiran saya sempat beradu argumen, sebelum saya memantapkan hati untuk berhenti bekerja.


Tanggal 27 februari 2016 adalah hari terkahir saya menjadi seorang karyawan, saya memutuskan untuk berhenti bekerja, karena saya akan menyandang status baru, yaitu menjadi seorang istri. Selain itu, agar saya lebih fokus mempersiapkan pernikahan saya, karena kampung halaman cukup jauh dari kota tempat saya bekerja, waktu tempuhnya kurang lebih 12 jam. Jadi akan mengganggu pekerjaan kalau saya harus bolak-balik ke rumah.

Pertengahan bulan maret saya telah menjadi istri dan langsung diboyong ke pinggiran kota Jakarta. Saya dan suami tinggal di rumah kontrakan mungil yang nyaman. Beruntungnya kami memiliki tetangga yang super baik. Karena kami masih baru disini, kami dibantu mempersiapkan ini dan itu, serta diberi pinjaman alat pertukangan untuk memasang macam-macam. Kekhawatiran untuk tinggal di rumah sendirian mulai berkurang.

Kesehariannya, saya akan ditinggal oleh suami dinas kerja, dari pagi hingga sore. Jadilah saya sendirian di rumah. Tapi tak jadi masalah, karena saya sangat mencintai dunia seni dan kerajianan tangan. Jadilah saya bergelut dengan dunia tersebut ketika di rumah. Beginilah cara saya bahagia di rumah. Bermain dengan kertas, spidol, kain, benang, kardus dan lainnya. Setiap kali ada inspirasi pasti ada saja saja kreasi, terkadang merasa bahwa 1 hari ada 24 jam itu kurang, kalau lebih pasti bisa melakukan lebih banyak hal.

Beberapa orang menyatakan bahwa di rumah akan membuat suntuk dan membosankan, tapi berbeda dengan saya. Saya bahagia di rumah, saya bisa lebih mengekspresikan kesukaan saya di dunia art dan craft. Mau tau apa saja yang membuat saya #BahagiadiRumah? Cek it out :

Menggambar


Mungkin hobi ini layaknya anak taman kanak-kanak (TK), tapi saya suka dengan hal ini. Bahkan saya pernah bercita-cita untuk kuliah di bidang seni, karena saking sukanya dengan pelajaran menggambar waktu duduk di sekolah menengah pertama (SMP). Memang sejak TK kita diajari menggambar, akan tetapi saya mulai benar-benar suka ketika SMP. Saya tinggal di Jepara, tahu gak kota ini terkenal dengan apa? Yups, betul sekali, biasa dikenal dengan kota ukir. Nah, karena itu di sekolah saya ada pelajaran muatan lokal Seni Rupa dan Seni Ukir. Disinilah saya belajar mengenal warna, teknik menggambar dan berkarya menghasilkan sesuatu yang bernilai seni tinggi. Sampai sekarang pun saya masih belajar ya, dan kegiatan menggambar ini sekedar mengisi waktu kosong sekaligus menghibur diri. Tapi saya senang, saya jadi lebih #BahagiadiRumah.

Salah satu hasil gambar saya

Merajut 


Semenjak saya duduk di bangku sekolah dasar (SD), saya sangat ingin bisa merajut. Akan tetapi tidak mempunyai mentor untuk berguru. Saya baru mengenal rajut ketika kuliah, saya belajar otodidak melalui website gratis dan tutorial gratis yang tersebar di internet. Sampai saat ini produk hasil rajutan saya hanya digunakan untuk pribadi dan keluarga. Next, ketika lebih banyak waktu di rumah, saya ingin mengembangkan hasil rajut saya, sehingga mempunyai nilai jual, dan meggunakan hobi saya sebagai pekerjaan sampingan.


Menjahit 


Entah kenapa saya ingin sekali bisa membuat baju saya sendiri, sehingga saya bisa memakai model baju yang benar-benar saya sukai dan sesuai dengan ukuran saya. Kemampuan menjahit saya masih nol besar. Sebenarnya dulu waktu SMA saya pernah ikut kursus menjahit, tapi tidak konsisten, jadilah hanya sebatas formalitas ektrakurikuler belaka. Tidak mendapatkan ilmu dan belum berkompeten. Nah, sekarang ingin bisa membuat baju, jadilah saya membeli mesin jahit mini, untuk belajar otodidak di rumah. Kemampuan menjahit masih dalam proses belajar ya, belum menghasilkan karya yang bermakna. Sekedar menjahit baju yang robek atau mengecilkan baju yang kedodoran. Harus diasah lebih mendalam lagi.


Berkebun


Masih sekedar wacana, menghiasi halaman depan dengan tanaman hidroponik atau organik yang nantinya bisa saya petik sendiri hasilnya. Pernah bereksplorasi menanam bawang merah secara hidroponik tapi gagal. Sekarang hanya ada satu tanaman hidroponik yang sedang tumbuh rambut (red tunas) dan membuat saya gemas ketika melihatnya. Masih harus banyak belajar mengenai hal ini.

Bawang bombay hasil asuh saya :)

Memasak 



Saya sangat menyukai masakan rumah, terutama masakan ibu. Semua masakan ibu terasa lezat di lidah saya, entah saya yang terlalu berlebihan atau bagaimana, akan tetapi begitulah adanya. Kalau belum percaya, cobalah mampir ke rumah saya di kota ukir dan mencicipi masakan ibu saya, pastilah nanti ketagihan. Ibu saya tidak membuka warung makan kok, jadi itu adalah murni suguhan untuk tamu.

Hasil membuat cookies bersama ibu


Karena saya suka dengan masakan rumah, maka saya bertekad akan rajin memasak nantinya kalau sudah berumah tangga. Saya sebenarnya tidak pandai memasak dan tidak pernah masak sendiri hingga saya SMA, hanya bantu-bantu ibu, sekedar penggembira saja. Untungnya ketika masuk perguruan tinggi ada mata kuliah kuliner, dimana mau tidak mau saya harus memasak. Dari sinilah saya belajar memasak mandiri dan lebih mendalam. Yah, walaupun masih harus nyontek resep, sekarang sudah bisa masak untuk suami. 

Nah, mengenai masalah resep, dulu waktu kecil, saya suka baca resep di tabloid Nova. Bukannya mau masak ya, tetapi saya suka melihat gambar makanan yang terlihat cantik dan tampak lezat. Dan bilang sama ibu minta dimasakin ini itu, tapi tidak ada yang dieksekusi oleh ibu, karena ibu lebih suka eksplore resep beliau sendiri. Sebenarnya ibu saya tidak berlangganan tabloid Nova, hanya pinjam dari tetangga dan saya ikut melihat-lihat. Waktu itu rubrik favorit saya mengenai makanan dan resep, hehe. Kalo sekarang saya jarang membaca tabloid Nova secara cetak, karena sudah ada media online. Saya paling suka rubrik sedap dan kesehatan. Dalam rubrik sedap, saya bisa banyak belajar mengenai tips pemilihan bahan makanan, cara mengolah dan banyak resep yang menggiurkan untuk dipraktikkan. Sangat bermanfaat bagi saya yang masih perlu belajar banyak hal. Di rubrik kesehatan, memberikan informasi mengenai pola hidup sehat, tips kesehatan, update ilmu kesehatan dan masih banyak lainya. Membuat saya sadar bahwa kesehatan itu sangat penting, dan lebih baik kita menjaga dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah menerapkan pola hidup sehat dalam keseharian. Lebih baik mencegah, daripada mengobati bukan?

Oh iya, tabloid nova ini sedang berulang tahun yang ke-28 lho. Happy Novaversary ya, semoga semakin inspiratif dan informatif untuk para pembaca. Selalu menemani para pembaca untuk #BahagiadiRumah, termasuk saya. Saya #BahagiadiRumah dengan berkreasi dan semoga bisa konsisten untuk selalu produktif mengisi waktu luang. Tidak melulu tingal di rumah itu jenuh dan membosankan, tinggal bagaimana kita menyikapi dan bereksplorasi atas pengembangan diri kita.



Note : Tulisan ini diikutsertakan dalam blog competiiton yang diadakan oleh Tabloid Nova dalam rangka 28th Novaversary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar