Jumat, 01 Januari 2016

Yuk Dijaga Lisannya!

Suatu hari saya melihat anak kecil di mall, kira-kira usianya 3 sampai 4 tahun, dia sedang jalan-jalan bersama keluarganya. Anehnya dia didorong oleh ayahnya naik stroller. Langsung saya nyeletuk sama teman main, ‘Sudah gedhe kok masih pakai stroller, emang gak bisa jalan sendiri?’, dengan nada ketus khas saya. Partner saya hanya diam, sepintas melirik anak dan keluarganya tanpa menanggapi celotehan saya. Beberapa menit kemudian saya berpapasan lagi dengan anak kecil tadi. Saya amati dia dari atas sampai bawah, dan saya kaget melihat ada semacam pen penyangga di kedua pergelangan kakinya. Saya sangat menyesal atas ucapan yang sudah terlontar, walaupun anak kecil dan keluarga tidak mendengar ucapan saya. Saya merasa bersalah karena langsung mengambil kesimpulan sederhana atas sesuatu yang saya lihat tanpa menganalisa terlebih dahulu.

Harusnya itu merupakan salah satu cambuk bagi saya untuk selalu menjaga lisan. Akan tetapi saya merasa masih saja lisan ini tidak terkontrol. Huft....

Akhir-akhir ini sepertinya lisan saya semakin menjadi-jadi, terdengar sangat kotor dan tidak terjaga. Sering memberikan komentar ini itu mengenai banyak hal. Apa yang saya lihat sekilas, lisan saya lincah bak pedang yang siap terhunus menyakiti musuhnya. Terkadang mengumpat (agak halus, menurut saya) kalau sedang kesal. Atau melontarkan kata-kata yang cukup menyakitkan rekan atas beberapa kesalahan yang terjadi di tempat kerja. Kalau basa jawanya ‘nek ngomong nylekit’ (kata-kata yang menyakiti perasaan orang lain).

Saya terbiasa berkata jujur, ini yang mungkin terkadang susah untuk menyaring ucapan. Secara tidak sadar langsung berceloteh ini itu tanpa berpikir panjang. Entah itu halus atau kasar, entah itu menyakitkan atau menyenangkan hati pendengar. Nah, itu yang harus dievaluasi, harus diperbaiki agar lisan yang terdengar oleh orang lain tidak merugikan diri sendiri apalagi orang lain.
Kenapa merugikan diri sendiri? Yang pasti orang lain pasti tidak menyukai kita, karena omongan kita yang menurut mereka menyebalkan dan menyakitkan. Hukumannya adalah dikucilkan oleh lingkungan sosial. Hukuman yang lebih berat lagi adalah tidak disukai oleh Allah, orang yang tidak menjaga lisannya pastilah dimurkai oleh-Nya. Pasti tidak mau kan ya mendapatkan murka-Nya?

Nah, mari memperbaiki diri, menjaga lisan dan mengontrol emosi. Memperbanyak mengingat Allah. Mengatakan segala hal yang baik, atau lebih baik diam. Berusaha untuk diam dan tidak berkomentar apapun atas apa yang saya lihat. Mencoba mengingatkan kesalahan dengan berbicara baik-baik. Menerima kritikan orang lain dan selalu berusaha memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar