Saya bukanlah tipe orang rapi dan bersih. Menata barang di kamar sesuai
dengan tempatnya atau menyapu lantai setiap jam jika ada kotoran sekecil
apapun. Saya masih menumpuk cucian piring kotor atau baju kotor *oops. Tapi saya tetapi menyukai kerapihan dan kebersihan, terutama di luar area saya. Tempat kerja dan
tempat makan wajib bersih di mata saya. Dan ini adalah hal yang sangat sulit
diterapkan ya, apalagi tempat makan.
Tempat makan di luar rumah adalah penyelengaraan makan skala kecil sampai
besar. Yang namanya menyediakan makanan dalam porsi besar harusnya memperhatikan
hygiene sanitasi tempat, alat dan pegawai. Akan tetapi hal ini pasti
terabaikan, apalagi kalau skalanya kecil, semacam warung makan di pinggir
jalan. Dan kalau saya memikirkan lebih mendalam lagi, rasanya tidak ingin
membeli makan di luar. Inginnya masak saja di rumah, tetapi saya belum punya
kompor. Beli? Rasanya malas juga, karena saya adalah nomaden di bumi Allah ini.
Ribet kan pindahan bawa kompor, panci, dll. Walaupun sekarang barang saya juga
banyak untuk kategori single *hahaa. Kembali ke topik ya, menyesuaikan salary
saya yang pas-pasan saya juga harus pandai mengatur keuangan. Solusinya ya
membeli makanan jadi di warung makan. Tapi, ya begitulah, pernah saya menemukan
rambut di nasi bungkus saya. Huwaaa.. langsung bungkus itu makanan dan taruh tong
sampah. Sering ada ulet sayur masih nangkring di sop atau tumis kacang panjang, hiks hiks... Teman saya
juga menemukan lalat di nasi bungkusnya. Atau ada banyak lalat mengerubungi
ayam bakar di warung makan. Sedih kalau memikirkan semua hal tersebut. Rasanya tidak
ingin makan saja. Tetapi makan adalah kebutuhan primer, saya juga tidak mau mendholimi tubuh saya sendiri. Jadilah saya ambil resiko, ketemu benda
asing macam-macam. Mau bagaimana lagi? Saya juga pernah mengalami hal tidak
menyenangkan di warung makan semacam *cost. Ada sehelai rambut di nasi yang
disajikan, huuuft. Apa lah ini, warung skala nasional saja tidak terjaga
hygiene sanitasinya.
Apalagi kalau memikirkan proses persiapan makanan sampai matang. Sepertinya
kepala pusing, bagaimana pencucian alat? Proses penyiangan bahan makanan,
dicuci atau tidak? Apakah bahan makanan yang digunakan segar? Apakah di warung
tersebut ada hewan peliharaan? Atau sekedar kucing atau tikus lewat, hiks..
Saya sadar dan paham mengenai segala resiko tersebut,
akan tetapi demi melangsungkan hidup
yang tidak sehat saya lagi-lagi membeli di warung makan yang menurut saya tidak
higienis. Next, PASTI saya beli kompor kok, buat masakin suami, walaupun
statusnya masih nomaden. Atau nanti bisa kali ya saya buka warung makan yang
sehat dan higienis. Menunya di warung makan sebenarnya juga membuat dilema, banyak
gorengan, tumis sayur pun minyaknya segambreng. Dan, warung makan sehat bisa
lah ya jadi solusi masalah ini. Semoga ada keinginan kuat dalam diri saya untuk
mewujudkannya.. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar