Gizi adalah salah satu cikal
bakal dari kesehatan generasi penerus bangsa. Kesehatan akan berpengaruh pada
prestasi yang nantinya akan berdampak pada kualitas penerus bangsa Indonesia.
Siapa yang tidak mau menjadi bangsa maju dengan generasi yang berpretasi?
Pastinya mau donk ya… Namun, sampai sekarang pun, masih banyak masyarakat yang
belum mengerti akan pentingnya gizi untuk kehidupan. Di beberapa wilayah, mungkin karena
faktor ekonomi yang terbatas, secara otomatis memaksa orang tua untuk
memberikan asupan makanan kepada anaknya secara apa adanya. Makanan untuk orang
tua saja masih kurang apalagi untuk anak mereka. Bagi yang masih berusia bayi
pasti memiliki risiko untuk menderita gizi kurang atau bahkan gizi buruk,
dimana asupan makanan ibu masih kurang yang pastinya akan berdampak pada
kualitas dan kuantitas ASI. Masih dicemari lingkungan yang tidak steril, tak
jarang anak akan terkena infeksi yang berakibat pada status gizi dan
terganggunya kesehatan si anak. Iya, faktor ekonomi masih mendominasi penyebab
munculnya anak gizi kurang atau gizi buruk sekarang ini selain juga pengetahuan
yang kurang.
Pernah mendengar slogan gizi “You
are what you eat”? Slogan tersebut mengingatkan kita akan kondisi kesehatan
kita kelak terhadap apa yang kita makan pada saat ini maupun masa lalu. Gizi merupakan
salah satu penentu kesehatan masa depan kita. Namun, banyak orang yang belum
sadar dan peduli akan kebutuhan gizinya. Bahkan orang yang sakit banyak yang
mengabaikan tentang hal ini. Kita lihat contoh saja, misal kita dalam kondisi
tidak enak badan karena cuaca yang buruk dan belum sampai jatuh sakit,
sebenarnya kita bisa mencegahnya tanpa menunggu sampai terdiagnosa ‘sakit’.
Kita bisa konsumsi makanan sumber vit. C tinggi atau suplemen vitamin C yang
beredar di pasaran, konsumsi makan yang cukup, minum air putih cukup dan
istirahat cukup. Kalau kita konsisten, maka kita pun bisa sehat tanpa harus
konsumsi obat yang bermacam-macam. Itu hanyalah salah satu contoh kecil,
bagaimana dengan pasien-pasien yang terdiagnosa penyakit degenaratif yang
mengakibatkan hasil laboratorium tidak normal dan berdampak pada tidak sehatnya
tubuh. Kita bahkan bisa mencegahnya dengan memiliki pengetahuan gizi yang luas
dan konsisten untuk disiplin menjalankan pengaturan makan secara seimbang.
Gizi bukanlah satu-satunya faktor
penentu kesehatan, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi, misal faktor
keturunan, gangguan anatomi fisiologi maupun sakit bawaan atau faktor lain yang
memang tidak bisa dilakukan usaha preventif. Namun, dengan didampingi asupan
gizi seimbang diharapkan yang sudah jatuh dalam kondisi sakit bisa kembali
dalam kondisi bugar dan terpenuhinya gizi tanpa memperparah keadaan sakit. Gizi
merupakan salah satu faktor penentu kesehatan masa depan yang harus terus
dikembangkan dan disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat demi
tercapainya Indonesia sehat, sehingga kesadaran akan pentingnya gizi semakin
meningkat.
Tanggal 25 Januari 2015 kemarin diperingati
sebagai 'hari gizi nasional', syukur Sari Husada bekerja sama dengan komunitas peduli
gizi mengadakan ‘Karnaval Ayo Melek Gizi’. Program ini mengenalkan tentang gizi
kepada masyarakat agar lebih mengenal dan peduli akan gizi. Disini terdapat
berbagai macam acara yang sangat bermanfaat bagi pesertanya. Sayangnya saya tidak bisa mengikuti acara ini. Namun,
saya sangat senang dan bangga atas kepedulian Sari Husada untuk mengampanyekan
gizi kepada masyarakat sehingga nantinya pengetahuan tentang gizi semakin
bertambah. Kegiatan ini diawali dengan jalan sehat, diharapkan peserta juga
rutin melakukan aktivitas fisik untuk kesehatan tubuhnya. Terdapat parade
sepeda onthel yang dihias dengan bahan pangan bergizi. Ondel-ondel berhias
kostum gizi buah dan sayur, hal ini dapat mengenalkan kepada anak untuk
mengetahui variasi sayur, dan diharapkan anak juga tidak memilah-milih dalam
konsumsi jenis sayur. Ada booth edukasi, dimana masyarakat atau peserta bisa
berkonsultasi mengenai gizi dan pastinya akan diberi tahu mengetahui pendidikan
gizi sesuai dengan kebutuhan personal masing-masing, karena kebutuhan gizi tiap
individu pastilah berbeda. Selain itu ada demo masak makanan sehat, diharapkan
peserta mampu memilah jenis bahan makanan yang sehat dan mengolahnya secara
cerdas, karena kandungan gizi makanan juga berpengaruh terhadap suhu pemasakan
dan sebaiknya tidak melulu digoreng, sebagaimana kebanyakan masyarakat mengolah
makanannya sekarang ini.
Sudah terbayang kan betapa seru, menarik dan bermanfaatnya acara ini. Foto di atas saya ambil dari fans page Nutrsi untuk Bangsa ya. Peserta pasti semakin bertambah pengetahuan gizinya, dan diharapkan mampu menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Memilih menu dengan gizi seimbang, memiliki pola makan yang sehat, selain itu juga membiasakan pola minum yang baik dan jangan lupa untuk membiasakan aktivitas fisik yang cukup untuk menjaga kebugaran tubuh.
![]() |
Parade Karnaval Ayo melek Gizi melintasi rute Monas menuju Bundaran HI dan kembali lagi ke Monas, semangat jalan sehatnya yaaa... |
![]() |
Ini nih penampakan sepeda onthelnya, lucu abis deh.. |
![]() |
Ondel-ondel yang sudah dihias dengan aneka sayur dan buah, rasanya ingin melahap buahnya, segar euuy :) |
![]() |
Mau konsultasi gizi? Mampir aja di booth edukasi, ada Ahli Gizi yang siap melayani |
Sudah terbayang kan betapa seru, menarik dan bermanfaatnya acara ini. Foto di atas saya ambil dari fans page Nutrsi untuk Bangsa ya. Peserta pasti semakin bertambah pengetahuan gizinya, dan diharapkan mampu menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Memilih menu dengan gizi seimbang, memiliki pola makan yang sehat, selain itu juga membiasakan pola minum yang baik dan jangan lupa untuk membiasakan aktivitas fisik yang cukup untuk menjaga kebugaran tubuh.
Program karnaval ayo melek gizi
sudah sangat oke, mungkin lebih baik lagi jika diadakan tidak hanya di ibu
kota. Selain itu program penambahan pengetahuan gizi tidak hanya untuk warga
kota yang kebanyakan pengetahuan gizinya sudah cukup baik. Di pelosok desa sana,
masih banyak masyarakat yang pendidikan rendah dengan pengetahuan gizi kurang,
disamping kemampuan ekonomi yang minimalis. Bahkan program ASI ekslusif 6 bulan
masih dipertanyakan atau masih menjalankan ASI ekslusif 4 bulan. Mari kita
telisik lagi, dimana kader gizi sekarang. Masih juga ada siswa SD bahkan
gurunya yang menyebutkan 4 sehat 5 sempurna, dimana semboyan gizi tersebut
sudah tidak berlaku dan sudah diganti dengan ‘Pedoman Gizi Seimbang’. Masih banyak
masyarakat di pedesaan yang tidak mau aktif dan tidak mau tahu menahu mengenai
gizi. Ini adalah beberapa hal yang perlu dibenahi. Semoga Sari Husada dengan
program ‘Ayo Melek Gizi’ nantinya akan menuju ke arah sana, ada intervensi bagi
masyarakat desa untuk meningkatkan pengetahuan gizi sehingga tidak terjadi
salah kaprah tentang gizi.
Pengetahuan gizi harus selalu ditingkatkan untuk semua lapisan masyarakat, karena gizi merupakan salah satu faktor penentu kesehatan masa depan. Mari kita bersama-sama mengampanyekan program 'Ayo Melek Gizi' sehingga pengetahuan dan kesadaran gizi masyarakat semakin meningkat. Mari membangun gizi seimbang, sehingga bisa menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan berprestasi.